Jumat, 17 September 2010

nikmatnya memaafkan

Seorang laki-laki muda baru selesai takziyah di makam ayahnya mampir ke Rumah Amalia. Sore itu kami berbincang. Anak muda itu sangat mengagumi sosok ayahnya. Dalam penuturannya ayahnya adalah seorang guru Sekolah Dasar. 'Sama persis 'Umar bakri' seperti yang dinyanyikan Iwan Fals,' ucapnya. Selesai mengajar ayahnya menjadi guru mengaji anak-anak dan para ibu & bapak di masjid.

Kebaikan dan kemuliaan budi pekerti sang ayah inilah yang membuat dirinya dan orang-orang disekelilingnya menaruh hormat dan menganggap sebagai panutan. Tak heran semasa hidup beliau masjid di tempatnya begitu makmur, banyak orang yang sholat berjamaah di masjid itu. Semua orang hormat kepada beliau karena akhlaknya yang selalu mengucapkan salam kepada siapa saja anak-anak sampai orang dewasa. Kesholehan dan kesederhanaan beliau inilah yang sangat dikagumi oleh banyak orang.

Namun apa yang dilakukan oleh beliau bertolak belakang dengan istrinya bahwa kebahagiaan terletak pada materi berlimpah. Tuntutan istri tak membuatnya terpengaruh. Beliau tetap istiqomah menjalankan aktifitas keseharian dan ibadah, dirasakan dapat membuat hidupnya menjadi tenteram. Ternyata cobaan itu tidak hanya datang dari tuntutan istrinya. Pada suatu hari beliau kaget mendengar tetangganya ribut-ribut menyebut nama istrinya. Ternyata diketahui bahwa istrinya tertangkap basah berselingkuh dengan tetangganya. Dengan sigap beliau meredam emosi mengambil air wudhu dan beristighfar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar