Sabtu, 04 September 2010

kanget Sang pencipta

Anak kecil itu bercerita pada teman-temannya bahwa dirinya mimpi ketemu kanjeng Nabi, semua teman-temannya menyimak serius. Seperti apa kanjeng nabi itu? tanya temannya. anak kecil mengatakan 'tidak tau bagaimana wajah kanjeng nabi itu, tapi kanjeng nabi itu seperti bapakku sendiri. Mengelus dan mengusap kepalaku.'

anak kecil itu sudah sejak usia lima tahun bapaknya meninggal dunia, dia hidup dibelantara ibukota bersama emaknya. emaknya pemulung, mengais sampah untuk membesarkan anaknya. emaknya tidak bisa mensekolahkan, biar aja nggak sekolah asal dia bisa ngaji dan jadi anak yang sholeh, kata sang emak.

Pernah satu hari anak kecil itu menggambar bulat dengan warna kuning ditengahnya. Emaknya tidak mengerti apa yang sedang digambarnya, kamu lagi gambar matahari ya..? "Nggak mak, aku lagi gambar kanjeng nabi," jawabnya. "Kok bulat kayak matahari?" tanya Emaknya. "Ini bukan matahari mak, ini cahaya yang ada wajah kanjeng nabi." kata anak kecil itu.

Anak kecil itu mempercayai kata ustadznya bahwa jika seseorang
bermimpi bertemu dengan kanjeng nabi memang benar-benar bertemu, tidak bisa diserupai oleh setan. Sejak itu seluruh kamarnya ditempeli gambar "matahari" dan ketika dia kangen memandangi gambar-gambar itu karena dia sudah tidak ingat lagi wajah bapaknya. Dia hanya ingat mimpinya yang indah, ada orang yang mengusap dan mengelus kepalanya dikala hatinya sedang bersedih.

Setelah sekian puluh tahun anak kecil itu tumbuh dewasa. malam itu sepulang dia mengamen, pada bulan suci ramadhan, dia
membawakan gorengan dan sebungkus nasi untuk berbuka puasa. dikursi sang emak nampak tertidur pulas sambil memeluk selembar kertas gambar "matahari."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar