Sobat MGTS, di satu sisi, tentunya kita merasa senang juga bahwa kalangan seleb mau menunjukkan identitas kemuslimannya di bulan suci ini. Terlepas dari niat pribadi masing-masing, yang penting beliau-beliau ini udah menunjukkan kepada pemirsa bahwa ia, paling nggak, ingin menjadi pihak yang mengisi Ramadhan dengan baik. Konon kabarnya mereka juga terus terang mengaku bahwa keterlibatannya dalam acara-cara Ramadhan di televisi tersebut adalah untuk membantu syiar Islam. Semoga saja memang demikian adanya. Wallahu’alam.
Namun sobat, belajar dari pengalaman sebelumnya, ternyata kalangan seleb yang biasa tampil di acara Ramadhan tahun kemarin aja, “nyadarnya” pas Ramadhan doang. Bulan syawal dan seterusnya kembali “senewen “dengan kelakuannya. Secepat kilat berubah wujud. Secepat kilat pula berubah jadi liar. Yang tadinya tampil manis dengan kerudung, bahkan ada juga seleb yang menutup tubuhnya dengan jilbab, tapi begitu Ramadhan selesai, mereka kembali ke “habitat” awalnya; amburadul!
Aduh, sayang banget ya? Kenapa musti begitu rupa kelakuan para seleb? Aduh, bukan kita sok suci, sok alim, pa lagi sok imut.. kalo kita ngomentarin kelakuan mereka. Justru kita peduli dan kasihan juga sama mereka. Sebab, penghibur adakalanya nggak bisa lepas dari tuntutan skenario meski itu kudu bertentangan dengan tuntunan syariat. Celaka dua belas ini mah!
Mereka menodai Ramadhan
Hmm…ini bukan maksud kita nantangin kaum seleb. Nggak. Kita sekadar berbagi rasa peduli, dan juga mungkin empati terhadap Mas-Mas dan Mbak-Mbak yang kebetulan jadi seleb. Risiko jadi seleb memang harus kehilangan privasi, selain tentunya jaminan ngetop dan beken udah di depan mata. Dua “risiko” yang kudu dijalani oleh seorang selebriti.
Sobat MGTS, kalangan seleb yang bisa kita saksikan di setiap tayangan televisi di rumah kita, memang tampil alim dan sopan di bulan Ramadhan, tapi begitu Syawal tiba, banyak di antara mereka yang kembali maksiat. Aduh, jangan sampe deh kamu-kamu mah ya? Emang sih, nggak cuma artis yang begitu, dari kalangan kita juga sama. Cuma nggak diekspos aja tuh. Maklum, bukan bahan berita. Kalo seleb kan hampir seluruh kegiatanya layak jadi berita.
Bahkan sebetulnya, sebagian besar dari gaya kaum seleb yang mengisi acara Ramadhan saat ini lebih banyak yang bikin rancu ajaran Islam. Ambil contoh sinetron Islam KTP..masa disitu wanitanya memakai jeans yg lumayan ngepas lah…padahal dalam Islam ngak pernah tu ada ajaran seperti itu dan banyak kerancuan-kerancuan lainnya..
Dan biasanya kaum seleb juga ogah kalo kudu menuai badai kritik dari pemirsanya. Karena dianggap pemirsa udah terlalu lancang menjamah ruang pribadinya. Bahkan nggak segan ada kaum seleb yang mengatakan”untuk menutupi kebejatannya”bahwa itu adalah hak asasi manusia. Jadi, orang lain nggak punya hak itu mengatur kehidupan orang lain. Titik. Suka-suka, yang penting asyik. Sekali lagi.. asyik!
Kalo gitu, kita juga mau ngasih masukan sama Mbak dan Mas kalangan seleb, bahwa silakan saja sibuk dengan urusan Mbak dan Mas, tapi inget lho dengan Allah Swt., jangan sampe kita mendapat murka-Nya. Allah itu murka, jika kita juga udah bikin Dia murka. Salah satunya, dengan kelakuan buruk yang kita tampilkan. Jadi mohon segera sadar.
Memang bukan cuma kalangan seleb papan atas yang sering tampil di acara Ramadhan itu, tapi hampir semua seleb, termasuk kelas “ecek-ecek”, boleh dibilang punya catatan rekor jelek juga untuk urusan label “selebriti bunglon”. Maksudnya, saat Ramadhan tiba, mereka berlomba-lomba untuk tampil dan menghibur pemirsa. Sangkaannya, yang penting pemirsa senang, dia senang, dan tentunya semua senang. Selesai Ramadhan, setumpuk kertas perjanjian untuk ditanda-tangani dalam berbagai tayangan lengkap dengan segala tuntutan skenario menjadi hal sulit yang biasanya menjadi alasan untuk kembali tampil senewen. Maklum, sebagai peghibur, mereka merasa bahwa hidupnya sudah dimiliki penggemar dan pembuat skenario. Alamaaaak..!
Inilah yang kita bilang, bahwa tingkah polahnya itu malah menodai kesucian Ramadhan itu sendiri. Padahal kita juga ngotot ingin bisa menjadi baik. Nggak mau juga kalo tontonan kita sekalipun, dan sekecil apapun dijejali dengan racun buat pemikiran kita. Memang sih, aktivitas mereka itu kagak bikin puasa kita-kita batal dalam pengertian menahan rasa lapar dan haus, tapi, kelakuan Mbak dan Mas kalangan seleb yang ikutan gabung mengisi program acara Ramadhan itu udah menodai kesucian Ramadhan. Tentu dengan ragam kegiatan dan gayanya ketika mengisi acara tersebut. Apalagi kalo di situ kudu di-match-kan antara ucapan dan perbuatan. Malu dong kalo sampe tulalit antara teori dan praktik. Firman Allah Swt.:
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (TQS ash-Shaff [61]: 3)
Nggak mau dong salah terus…
Sobat MGTS, jawaban yang sering muncul dari kalangan seleb (termasuk kita-kita) ketika kelakuan salahnya dikritik orang adalah, “Kita kan manusia biasa, nggak bisa lepas dari kesalahan”. Barangkali, jawaban “sakti” seperti itu bisa menenangkan penggemarnya, utamanya yang masih awam. Tapi tentunya nggak berlaku buat kaum muslimin yang memang kritis. Boleh jadi pernyataannya itu adalah salah satu bentuk dari upaya pembelaan diri. Tul nggak?
Emang sih, paling enak itu berlindung di balik itu. Dulu aja banyak artis ngeles ketika dikritik soal penampilannya yang kelewat seronok berlindung di balik pernyataan bahwa itu adalah tuntutan skenario, bahwa itu trik kamera saja, dan inilah risiko sebagai penghibur. Aduh, kita pikir itu memang alasan yang sebenarnya nggak bisa dipertanggungjawabkan.
Benar, kalo dikatakan bahwa manusia itu tempatnya salah dan dosa. Jadi, manusia memang punya potensi untuk bisa berbuat salah dan juga baik. Itu artinya, manusia dimaklumi jika berbuat salah. Sebab, nggak ada manusia yang salah selamanya dalam hidupnya, begitupula nggak ada manusia yang benar terus selama hidupnya. Hanya saja, kita juga nggak mau kalo terus menerus dalam kesalahan. Pengennya sih baik terus, supaya kita terpacu untuk selalu benar sesuai ajaran Islam. Karena memang ada pahala di sisi Allah untuk orang-orang yang berbuat baik.
Bicara soal kalangan seleb yang kebetulan bermasalah dalam gaya hidupnya selama ini, khususnya yang “berubah”di bulan Ramadhan, untuk kemudian “berubah” lagi di bulan lainnya, kita cuma bisa berpesan, bahwa jangan merasa bahwa kelakuannya itu bisa menjamin untuk tidak dihisab oleh Allah Swt. Manusia bisa saja mengelabui manusia lain, tapi Allah Swt. nggak akan bisa dikibulin. Jadi nggak bisa lolos dong. Dan tentunya Mas dan Mbak kaum seleb, kudu merasa bahwa apa yang menjadi tingkah lakunya bakalan ditiru ribuan penggemarnya di seluruh tanah air. Jika Mas dan Mbak kalangan seleb berbuat salah, dan kemudian kesalahan itu diikuti oleh penggemar lainnya, aduh, nggak kebayang deh betapa besar dosanya. Dan sebaliknya, jika mengajarkan kebaikan, lalu diikuti oleh orang lain, maka insya Allah akan bertambah banyak pahalanya.
Rasulullah saw. bersabda:
“Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun, (HR. Ibnu Majah)
Apa yang bisa kita lakukan?
Sobat muda muslim, paling nggak ada tiga hal yang bisa kita lakukan dalam menyikapi masalah ini. Pertama, kita menyeru kepada kalangan seleb supaya menghentikan prinsip “bunglon”. Jadikan Ramadhan kali ini sebagai momen yang tepat untuk mengubah diri. Nggak sulit kok, asal kita mau, insya Allah dimudahkan oleh Allah Swt. Allah akan menolong orang-orang yang mencari kebenaran. Silakan dicoba.
Kedua, kita, dan masyarakat yang lain jangan menganggap wajar kelakuan kalangan seleb. Kenapa kita katakan demikian? Karena banyak juga masyarakat yang menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh kalangan seleb itu adalah hal yang nggak usah dianggap masalah. Artinya memang wajar saja. Nah, kini diubah cara pandangnya, bahwa itu nggak wajar dan kudu diubah. Ketiga, agar kesucian Ramadhan tak ternodai, maka pemerintah kudu cepat tanggap atas masalah ini. Kita ngasih masukan buat bapak-bapak pejabat kita supaya lebih serius dalam menyeleksi tayangan televisi dan mensensor semua media massa. Dan tentunya ini hanya bisa dilakukan dengan menempuh jalur pembinaan kepada masyarakat dan menerapkan aturan dan sanksi dengan tegas. Memang ini butuh waktu yang lama. Tapi bukan berarti nggak bisa dicoba untuk diupayakan. Insya Allah bisa deh.
Jadi, mari selamatkan puasa kita dengan menyelamatkan masyarakat ini dengan syariat Islam. Supaya jangan lagi ada noda di Ramadhan kita. Setuju kan? Yuk, kita upayakan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar