Ada seorang anak yang ayahnya meninggal dunia sejak kecil. Merasa ingin membahagiakan ayahnya, dia tidak tahu bagaimana caranya. Dia menyalahkan kakak-kakaknya yang tidak pernah bercerita tentang ayahnya. Padahal sebagai anak terakhir dia merasa berhak untuk mendapatkan penjelasan tentang sosok ayahnya.
Bertahun-tahun hubungannya tidak harmonis dengan kakak-kakaknya, dia merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup. Tidak ada yang membimbing dan mengarahkan dalam kehidupan, dia merasa sendiri dan hidup sepi. Semua itu tidak akan pernah terjadi seandainya jika ayahnya ada. Begitulah yang selalu dipikirkannya.
Sampai satu hari, dia benar-benar ingin memberikan kebahagiaan yang paling indah untuk ayahnya yang meninggal dunia, dia membayangkan apa yang bisa membuat seorang ayah tersenyum. Ternyata seorang ayah tersenyum bila anak-anaknya rukun. Maka mulai hari itu, dia berhenti bertengkar dengan kakak-kakaknya. Kemudian seorang ayah akan tersenyum bila anaknya hidup mandiri, maka dia berhenti menuntut dari kakak-kakaknya seperti kasih sayang, perhatian, kepedulian, bimbingan, kasih sayang.
Sungguh luar biasa, keajaiban itu hadir ketika dia tidak menuntut semua yang pernah diinginkan bisa dimilikinya. Kakak-kakaknya menjadi lebih perhatian, lebih mencintai adiknya, diapun menjadi lebih bahagia, kebahagiaannya menjadi begitu indah dan tentunya ayahnya juga turut berbahagia melihat anak-anaknya rukun dan saling mengasihi.
Pesan kisah diatas bahwa cara kita untuk bahagia itu sebenarnya sangatlah mudah, menuntut orang lain agar membuat kita menjadi bahagia akan hanya membebani diri sendiri. Justru ketika kita menerima apapun yang terjadi pada diri kita dan mensyukuri apa yang kita miliki sekarang maka akan terjadi keajaiban yaitu seluruh alam dan makhluk seisinya bergerak mendukung kita dan membahagiakan hidup kita.
--
'Katakanlah, Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu' Orang-orang yang berbuat baik didunia ini mendapatkan kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.' (QS. az-Zumar : 10).
Bertahun-tahun hubungannya tidak harmonis dengan kakak-kakaknya, dia merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup. Tidak ada yang membimbing dan mengarahkan dalam kehidupan, dia merasa sendiri dan hidup sepi. Semua itu tidak akan pernah terjadi seandainya jika ayahnya ada. Begitulah yang selalu dipikirkannya.
Sampai satu hari, dia benar-benar ingin memberikan kebahagiaan yang paling indah untuk ayahnya yang meninggal dunia, dia membayangkan apa yang bisa membuat seorang ayah tersenyum. Ternyata seorang ayah tersenyum bila anak-anaknya rukun. Maka mulai hari itu, dia berhenti bertengkar dengan kakak-kakaknya. Kemudian seorang ayah akan tersenyum bila anaknya hidup mandiri, maka dia berhenti menuntut dari kakak-kakaknya seperti kasih sayang, perhatian, kepedulian, bimbingan, kasih sayang.
Sungguh luar biasa, keajaiban itu hadir ketika dia tidak menuntut semua yang pernah diinginkan bisa dimilikinya. Kakak-kakaknya menjadi lebih perhatian, lebih mencintai adiknya, diapun menjadi lebih bahagia, kebahagiaannya menjadi begitu indah dan tentunya ayahnya juga turut berbahagia melihat anak-anaknya rukun dan saling mengasihi.
Pesan kisah diatas bahwa cara kita untuk bahagia itu sebenarnya sangatlah mudah, menuntut orang lain agar membuat kita menjadi bahagia akan hanya membebani diri sendiri. Justru ketika kita menerima apapun yang terjadi pada diri kita dan mensyukuri apa yang kita miliki sekarang maka akan terjadi keajaiban yaitu seluruh alam dan makhluk seisinya bergerak mendukung kita dan membahagiakan hidup kita.
--
'Katakanlah, Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu' Orang-orang yang berbuat baik didunia ini mendapatkan kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.' (QS. az-Zumar : 10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar